Lasem, nurfmrembang.com – Sejumlah tokoh baik skala nasional ataupun lokal daerah, berkumpul di Pondok Pesantren Al Hidayah Kecamatan Lasem, asuhan KH Zaim Ahmad Ma’shoem, pada Rabu (14/11/18). Dalam pertemuan yang dikemas bertajuk halaqah kebangsaan itu, membahas soal keindahan toleransi yang akan dimunculkan dari Lasem sebagai contoh untuk Indonesia.
Kepada wartawan, KH Zaim Ahmad Ma’shoem menyebutkan, Lasem merupakan salah satu contoh wilayah yang layak dijadikan panutan dalam hal toleransi. Menurutnya, berbagai etnis dan agama dapat hidup secara berdampingan dan rukun di wilayah Lasem, Rembang.
“Lasem kita memang berkeinginan bisa menjadi contoh, sebagai hubungan yang cair antar etnis antar agama, karena telah terbukti selama berabad-abad, setidaknya sejak tahun 1742 yang kelihatan dalam sejarah,” terang Gus Zaim, sapaan akrabnya.
“Dimana ada perang, dinamakan perang sabil, yang memimpin perang itu seorang arab seorang pesantren, namanya Ali Baidhowi. Kemudian pemimpin teritorialnya itu seorang chinese namanya Oei Ing Kiat. Juga mempunya tokoh lokal, Raden Panji Margono. Yang kalau sebenarnya Raden Panji Margono itu kalau dibanding saat ini bisa jadi pemimpin. Tapi saat itu tidak, menunjukkan bahwa yang terpilih berdasarkan kompetensi,” imbuhnya.
Gus Zaim berharap, adanya kegiatan halaqah kebangsaan internasional ini, dapat menunjukkan bahwa sejatinya toleransi dapat dipupuk dan keberagaman suku ataupun etnis dapat berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat.
“Ada 4 etnis disini, ada etnis jawa, china, arab, juga india. Semua bertetangga dan hidup berdampingan. Juga soal agama, kita semua rukun disini,” kata Gus Zaim.
Hadir dalam kegiatan tersebut, ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirodj, M.A. sebagai keynote speaker, Dr Mohammaed El-Hosainy seorang pakar pendidikan dari Mesir, Pendeta Tjahjadi Nugroho yang merupakan pendiri EIN Institue dan sejumlah tokoh lainnya. Sedangkan peserta, berasal dari lintas etnis, dan lintas agama.
Sementara dalam sambutannya, Kiai Said bercerita jaman dahulu Nabi Muhammad mendirikan sebuah negara bukan berdasarkan konstitusi etnis, suku, ataupun agama. Melainkan atas dasar keadilan.
“Nabi Muhammad membangun sebuah negara diatas konstitusi, bukan agama, bukan suku, tapi konstitusi keadilan. Platform yang namanya mutamadun, keadilan dalam hak dan kewajiban. Jadi nabi Muhammad tidak pernah mendirikan negara islam. Dan yang kedua, tidak pernah mendirikan negara Arab, tapi negara Madinah,” terangnya. (DM38)